Tren Kopi di Kalangan Wanita – Membahas manfaat kopi untuk kesehatan wanita tentu sudah menjadi hal biasa, mulai dari menurunkan resiko kanker, menurunkan depresi, mengurangi lemak jahat pada tubuh, dan lain-lain. Lalu bagaimana dengan peran para wanita yang mempengaruhi keberhasilan pertanian kopi di beberapa negara di dunia? Tentu bukan hal yang dapat dilupakan begitu saja, karena 70% perkebunan kopi di dunia diolah oleh wanita, dan hanya 15% saja yang berada pada posisi sebagai pemilik kebun ataupun eksportir.
Pada abad ke-19, terjadi krisis kopi yang menyebabkan harga kopi di pasaran turun dengan drastis, bahkan harganya tidak sebanding dengan biaya penanaman yang digunakan. Menurut penuturan Lesley, dii daerah pegunungan Biolley, Costa Rica, para pria dan kepala keluarga meninggalkan keluarganya di rumah untuk mencari pekerjaan yang lebih layak di daerah perkotaan. Sebagian besar dari mereka bukanlah wanita yang mendapat pendidikan lanjutan, oleh karena itu mereka tetap tinggal di rumah untuk mengurus anak. (Baca Juga : Kopi dan Gula Aren, Paduan Sempurna)
Dan ide untuk membangun perkebunan kopi, mengolahnya menjadi specialty kopi, lalu menjualnya dengan usaha sendiri pun muncul. Mereka membangun asosiasi kopi yang bernama Asociacion de Mujeres Organizadas de Biolley (ASOMOBI). Mereka mempunyai keyakinan bahwa mereka dapat melakukannya karena tumbuh dan besar di daerah penghasil kopi, minimal mengetahui bagaimana cara menanam, panen, dan roasting. Meskipun pada awalnya mengalami kegagalan karena hasil roasting yang gosong, dan juga belum ada pembeli yang dapat mengupah dengan uang, hanya menukarnya (barter) dengan kopi yang belum diroast.
Tren Kopi di Kalangan Wanita
Bosan dengan kegagalan, mereka meminta bantuan eksportir kopi yang juga seorang wanita, untuk memberi edukasi kopi. Akhirnya, pada musim panen selanjutnya mereka pun mendapat kemajuan, kopi yang dihasilkan berkualitas tinggi hingga dijual ke Italia. Sejak saat itu, keadaan mereka pun membaik, jalan-jalan desa diperbaiki, rumah-rumah diperbaiki, dibangun klinik kesehatan, dan anak-anak mereka mendapat pendidikan yang layak. Lahan kosong pun dimanfaatkan untuk membuat sarang lebah yang mana madu yang dihasilkan dapat dijual. Setelah kemajuan ini, barulah para kepala rumah tangga kembali ke rumah mereka.
Ini hanyalah salah satu dari sekian banyak kisah tentang peran wanita untuk kopi. Masih banyak kisah lain yang perlu diapresiasi, karena kopi dan wanita adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. (Windy)