Home » Berita » Kopi Jagung, Trend Kopi Masa Penjajahan
Kopi Jagung, Trend Kopi Masa Penjajahan
Credit : Biji Kopi

Kopi Jagung, Trend Kopi Masa Penjajahan

Kopi Jagung, Trend Kopi Masa Penjajahan- Kopi luwak, kopi gula aren, dan kopi jagung merupakan hasil ide kreatif masyarakat Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini. Kopi luwak, yang awalnya karena para buruh tani kopi di masa penjajahan sulit untuk membeli kopi hasil jerih payah mereka sendiri, akhirnya ide pun muncul untuk mengolah biji kopi yang berserakan karena sudah dimakan luwak, karena ternyata memiliki cita rasa yang berbeda dan kadar kafein yang lebih rendah, kopi luwak pun menjadi mahal saat ini. Kopi gula aren, gula aren sebagai tanaman yang banyak tumbuh di indonesia, airnya yang kemudian menjadi gula aren ditambahkan ke dalam sajian kopi sebagai pemanis, lebih sehat dan aman dikonsumsi karena rendah kalori. Lalu bagaimana dengan kopi jagung?

Mirip seperti histori kopi luwak, kopi jagung menggunakan ‘sisa’ dari kopi yang akan diekspor ke luar negri pada zaman penjajahan. Umumnya menggunakan kopi robusta karena paling banyak diproduksi saat itu dan harganya yang tentu lebih murah dari arabica. Biji kopi yang diperoleh tersebut kemudian disangrai dan digiling. Begitu pula jagung yang juga disangrai dan digiling. Reaksi Maillard pun terjadi dalam jagung karena kandungan karbohidrat di dalamnya. Dua bahan utama ini kemudian digabungkan dengan jumlah jagung yang lebih banyak dibandingkan kopi, dan siap diolah menjadi minuman. Jagung memang dikenal sebagai salah satu bahan makanan pokok. Namun, mencampurkannya dengan kopi belum tentu mengenyangkan karena sebagian karbohidrat yang terdiri dari molekul gula sudah terpecah dan berkurang. (Baca juga : Varietas Kopi Di Dunia Bagian 1)

Kopi Jagung, Trend Kopi Masa Penjajahan
Kopi Jagung, Trend Kopi Masa Penjajahan

Kopi Jagung, Trend Kopi Masa Penjajahan

Selain itu, kata ‘kopi jagung’ juga ditafsirkan beberapa orang sebagai jagung yang diolah menjadi kopi. Proses yang dilalui sama, yakni menyangrai biji jagung hingga berwarna kecoklatan, lalu digiling hingga mirip seperti kopi. Rasanya pun sulit dideskripsikan karena belum pernah mencobanya secara langsung, mungkin hampir sama seperti rasa jagung bakar yang gosong, pahit.

Meskipun kopi jagung sangat jauh dari standar kopi enak, bukan berarti harus ditinggalkan begitu saja. Mengabaikan perihal cita rasa, nilai historis dari kopi jagung juga menjadi bagian penting. Sebagai bukti bahwa dahulu, kopi sangat sulit didapat, sehingga buruh tani rela untuk mencampurnya dengan jagung agar menjadi lebih banyak dan dapat dikonsumsi di lain waktu. Peristiwa ini dapat menjadi pengingat untuk dapat lebih menghargai usaha para petani saat ini demi menghasilkan kopi yang enak, tanpa perlu dicampur dengan jagung. (Windy)

About Sada

The Origin Gayo Specialty Coffee for Special people

Check Also

Status Konservasi Kopi Global Ex Situ

Status Konservasi Kopi Global Ex Situ

Status Konservasi Kopi Global Ex Situ – Membahas tentang konservasi kopi mungkin tidak akan pernah …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.