Sejarah Kopi Indonesia – Kopi di Indonesia tidak semata-mata tumbuh begitu saja. Menurut beberapa sumber, awalnya kopi merupakan tanaman yang tumbuh di dataran tinggi Ethiopia, karena terbukanya jalur perdagangan dan penyebaran agama Islam, akhirnya kopi meluas hingga ke daerah Afrika Utara. Pada abad ke-16, seorang berkebangsaan India membawa benih kopi untuk ditanam di daerahnya, hal inilah yang menjadikan penyebaran tanaman kopi menjadi lebih luas. Tahun 1699, benih kopi Arabica dikirim langsung dari Malabar ke Batavia pada masa kolonial Belanda.
Dengan sistem kerja paksa pada masa itu, penduduk Indonesia terutama di pulau Jawa bekerja menanam kopi hingga berhektar-hektar. Hingga sampai tahun 1725, Indonesia sudah mampu mengekspor lebih dari 1200 ton kopi ke Amsterdam, meskipun sebagian besar kopi adalah hasil bayar pajak dan keuntungan lebih banyak diambil oleh pihak Belanda. Sejak saat itu, kopi menjadi komoditas ekspor terpenting dan dimulailah pengawasan sistem budidaya kopi oleh pemerintah Belanda. Mereka mempelajari kondisi geografis di Indonesia untuk menemukan lokasi yang cocok agar kopi yang ditanam mendapat hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Hasilnya, produksi kopi meningkat hingga 94.000 ton pada tahun 1885. Sistem budidaya ini yang menyebabkan kopi semakin meluas ke daerah lain seperti pulau Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Papua. (Baca juga : Apa itu Indikasi Geografis Kopi?)
Namun, akibat serangan hama, penyakit, dan teknik budidaya yang tidak cocok, produksi kopi menurun drastis hingga 60% dari produksi sebelumnya. Hal ini terjadi selama kurun waktu lebih dari 25 tahun. Pemerintah Belanda mencari solusi dengan menanam kopi Liberica, namun kopi ini juga rentan penyakit dan kurang diterima di pasar. Akhirnya masalah mulai teratasi ketika mereka mengirimkan benih kopi Robusta. Robusta lebih tahan terhadap penyakit, tumbuh lebih tinggi, dan lebih mudah tumbuh dibanding Arabica. Pada akhir tahun 1920, permintaan Robusta meningkat dan produksi kopi Indonesia mencapat 114.000 ton.
Sejarah Kopi Indonesia setelah Perang Dunia II
Saat Perang Dunia II, pasar-pasar tradisional berhenti beroperasi dan penduduk Indonesia kembali bertani kopi, meskipun setelah kemerdekaan industri kopi berkembang dengan lambat. Hingga tahun 1970 Indonesia baru dapat meningkatkan hasil produksi kopi sebanyak 8%, hal ini juga dipengaruhi oleh permintaan kopi yang berkualitas terutama Arabica dari luar negri. (Windy)