Kopi Vulcano kopinya Gunung Vulkanik – Kopi merupakan tanaman yang membutuhkan banyak unsur hara (nitrogen, zat fosfor, potassium, kalsium, magnesium, sulfur, boron, copper, zat besi, mangan, molybdenum, zinc). Kekayaan unsur hara dalam tanah dapat mampu membuat 1 pohon kopi memproduksi 6 kg biji kopi per tahun. Kekurangan unsur hara akan menurunkan kualitas kopi itu sendiri, karena mudah terserang penyakit, sehingga membutuhkan banyak pestisida. Peran kafein yang juga sebagai pestisida alami menjadi tidak dominan. Di Indonesia, Jawa merupakan salah satu pulau dengan tanah yang mengandung banyak unsur hara, karena memiliki gunung vulkanik yang masih aktif, yang mana akan mengubah lapisan tanah beberapa periode sekali ketika terjadi letusan, sehingga unsur hara yang dikandung juga selalu diperbarui. Tanah yang dibawa dari letusan gunung disebut sebagai tanah andisol.
Kopi akan tumbuh lebih baik di atas tanah vulkanik, dengan kombinasi ketinggian, drainase (saluran air), keberadaan lereng gunung, serta tanah yang kaya unsur hara. Kondisi ini sangat cocok untuk kopi Arabica. Arabica membutuhkan tempat tumbuh di dataran tinggi, iklim tropis, tidak membutuhkan banyak air sehingga drainase yang terbentuk akibat aliran lava letusan gunung dapat menjadi jalan air ketika hujan turun. Namun bukan berarti kopi dapat tumbuh selamanya. Abu vulkanik juga akan merusak atau bahkan membunuh pohon kopi. Oleh karena itu, waktu yang paling baik untuk bertani adalah pasca letusan hingga menjelang letusan gunung. (baca juga : Apa itu Geisha Coffee?
Kopi Vulcano kopinya Gunung Vulkanik
Letusan gunung di Sleman, Yogyakarta beberapa tahun silam, membawa manfaat bagi petani kopi sekitar lereng gunung saat ini. Kebun kopi mereka dahulu memang sudah mati dan hancur. Namun sudah digantikan dengan kopi yang baru, tumbuh lebih baik dengan banyaknya unsur hara, serta menjadi destinasi wisata yang dikunjungi penduduk lokal hingga internasional. Salah satunya yaitu Kopi Merapi. Warung kopi kecil yang berdiri dekat dengan lokasi gunung, memanfaatkan keadaan alam sekitar, menggunakan kopi yang dihasilkan dari petani setempat (Arabica dan Robusta), serta pengolahan kopi yang juga masih menggunakan alat-alat tradisional, seperti kayu bakar dan wadah tanah liat untuk roasting kopi. (Windy)