Efek Kafein Terhadap Penyembuhan Luka – Studi terkait kopi beserta manfaat komponen di dalamnya sudah banyak dilakukan sejak dahulu, terutama pada bidang kesehatan. Seperti konsumsi kopi hijau untuk mengurangi lemak dalam tubuh, meskipun dosis yang tepat dan layak untuk dikonsumsi belum dapat dipastikan karena biaya penelitian yang cukup mahal. Konsumsi kopi untuk mencegah penyakit kanker, diabetes (dengan konsumsi tanpa tambahan gula atau pemanis buatan lainnya), memperlancar metabolisme tubuh, sebagai antioksidan yang menghancurkan radikal bebas, mencegah pikun yang berujung pada alzheimer atau parkinson khususnya pada orang tua, mengurangi tingkat depresi, memperpanjang umur karena tubuh yang sehat, hingga mengurangi angka bunuh diri karena kopi juga dapat menjadi mood booster.
Namun, sayangnya masih beredar stereotype di masyarakat bahwa mengonsumsi kopi dianggap tidak baik. Padahal Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, sangat lucu jika produk non-migas terlaris yang satu ini tidak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Kembali ke studi kopi, tepat Oktober 2016 lalu telah terbit artikel ilmiah tentang efek kafein terhadap penyembuhan luka. Artikel ini adalah hasil penelitian dan ditulis oleh N. Ojeh, Stojadinovic, Pastar, Sawaya, Yin, dan Tomic-Canic dalam International Wound Journal yang pertama kali terbit tahun 2014. Namun, artikel ini belum dibeli oleh database ternama, sehingga hak aksesnya terbatas abstrak hasil penelitian saja, perlu mengeluarkan beberapa dollar untuk membaca versi full text dari penelitian ini. (Baca juga : Sensor pH Prototype, Inovasi Dunia Kopi)
Efek Kafein Terhadap Penyembuhan Luka
Singkatnya, kafein merupakan komponen yang paling banyak terdapat pada minuman (kopi dan teh), berperan sebagai antioksidan dan reseptor yang menolak adenosin (meningkatkan kesadaran). Pada dasarnya, adenosin dan antioksidan mendukung proses penyembuhan luka, namun efek kafein terhadap proses tersebut belum diketahui. Maka dilakukan percobaan kafein dari dosis 0.1 – 5 mM terhadap keratin yang sel-selnya seperti kulit manusia. Ternyata, kafein membatasi pergerakan sel keratin, dan meskipun mengandung antioksidan, tetap menghambat proses epitelisasi (perakitan sel-sel) tergantung pada dosis yang digunakan. Para peneliti tersebut kemudian menyimpulkan bahwa mereka setuju jika kafein membawa efek negatif terhadap adenosin yang berperan dalam proses penyembuhan luka.
Lalu, apakah dengan kesimpulan dari hasil penelitian di atas berarti bahwa orang yang sedang memiliki luka terutama di bagian kulit luar tidak dianjurkan mengonsumsi kopi karena akan menghambat proses penyembuhan? Belum tentu, masih perlu diteliti lebih detail lagi. Mungkin saja efek kafein dapat berubah sebaliknya jika dipadukan dengan senyawa kimia lainnya. (Windy)