Mengenal Kopi Enrekang- Indonesia memiliki 5 pulau-pulau besar, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Setiap pulau-pulau tersebut memiliki ciri khas atau karakter kondisi geografis tersendiri, seperti ketinggian dan tipe tanah. Dari setiap pulau tersebut pun memiliki kopi andalannya masing masing, baik dari jenis arabica maupun robusta. Terutama untuk jenis arabica, banyak yang sudah menjadi specialty coffee dan sudah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis agar tidak diakui oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Pada artikel ini, akan dibahas mengenai karakter dan keunikan tersendiri dari kopi enrekang yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Sebenarnya, asal usul nama kopi Enrekang berasal dari nama kabupaten wilayah tersebut, Kabupaten Enrekang. Namun, ada juga yang menyebutnya dengan kopi Kalosi Enrekang. Mengapa? Dahulu pada saat penjajahan kolonial Belanda yang bernama Celebes, terdapat pasar sebagai wadah perdagangan kopi di daerah tersebut yang bernama Kalossi, kopi tersebut pun dinamakan kopi Celebes Kalossi, dan lama-kelamaan menjadi Kalosi. Meskipun kopi asal kabupaten Enrekang sendiri beragam, namun tetap yang paling dikenal adalah Kalosi Enrekang. (Baca juga : Mutu Kopi Akibat Perubahan Iklim)
Asal Usul, Karakter, dan Keunikan Kopi Enrekang
Dua varietas yang ditanam di Enrekang adalah arabica lineage dan arabica typica. Arabica lineage banyak ditanam di ketinggian 700 – 100 m di atas permukaan laut. Sedangkan arabica typica, banyak tumbuh di ketinggian kurang lebih 1500 m di atas permukaan laut. Kopi arabica Enrekang ini berhasil menjadi specialty coffee dan juga sudah mendapat sertifikat Indikasi Geografis pada 2013 lalu. Untuk karakter, kopi yang berasal dari Sulawesi memiliki kemiripan. Mulai dari brightness, earthy walaupun telah melalui proses yang bersih, hingga sweetness yang merupakan kombinasi madu murni, muscavado, dan molasses.
Keunikan Kopi Enrekang
Lalu apa yang menjadi keunikan tersendiri kopi Enrekang? Beberapa waktu lalu, salah seorang petani kopi diwawancarai oleh salah satu wartawan tv swasta tentang keunikan tersebut. Ia menuturkan bahwa wilayah Enrekang, khususnya wilayah perkebunan kopi arabica di dataran yang lebih tinggi, tanahnya memiliki kemiringan sebesar 45 derajat. Kemiringan ini membuat para petani cukup sulit untuk menjemur green bean di halaman rumah yang miring, maka ide pun muncul untuk menjemur green bean tersebut di atap rumah, dengan membuat atap yang rata atau datar. Jika waktu panen sudah tiba, maka tidak heran jika para petani akan naik ke atap rumah untuk menjemur green bean agar semua biji kering secara merata. (Windy)